Sabtu, 17 Oktober 2020

Quote Ceria Aulia #2

"Mata air dari segala perbuatan dosa adalah tak ada nya rasa syukur dalam diri"

KH Yahya Zainul Maarif -  "Buya Yahya"

Quote Ceria Aulia #1



"Saya mengatakan "1+1= 2" meskipun ndak ada yang memberikan hadiah tetap saya katakan "2". Saya tetap mengatakan air itu dingin, api itu panas meskipun ndak ada yang beri hadiah. Itu hakekat-hakekat seperti itu saja saya jujur tanpa ingin imbalan. Tapi mengenai hakekat mengenai Allah saya minta imbalan surga dan neraka ini apa-apaan?!"

KH Ahmad Bahaudin Nursalim - "Gus Baha"

Angin Pujaan Hujan X Puan Bermain Hujan


"Datang dari mimpi semalam
Bulan gundah
Bermandikan sejuta cahaya
Di langit yang merah..."

Lagu ini saya dengar pertama kali di kamar kos sahabat saya pada tahun 2011, saat saya mendengarkan lagu ini sekonyong-konyong saya merasa berada dalam awang-awang. Kosong. Sungguh kosong.
Hal itu terulang lagi saat Payung Teduh mengenalkan saya pada Puan Bermain Hujan
"Menjelma bayang bayang..
Dalam hening
Dalam kerinduan
Kudapati puan menangisi hujan
Meratapi hujan"
Saya merasakan ekstase yang hebat dalam hati saya. Anehnya pagi ini saya masih merasakan ekstase itu saat mendengarkan lirik lagu itu.
Lirik yang magis bak sudah dihitung cermat dengan numerologi Kaballah.
Petikan guitalele yang diluar nalar manusia
yang dipangku kontrabass yang berdentam anggun.
Suara Mas Is bak lantunan elf yang abadi saat memuja alam.
"...but this powerfull lyrics, it resonates with me" seperti kata Sin Lasalle dalam film Be Cool.
Mengutip Karen Armstrong, Musik dan Agama sebetulnya berada dalam satu diskursus yang sama, membawa manusia ke dasar hakikat batinnya tergantung bagaimana manusia tersebut mempersonalisasikan Musik atau Agama itu sendiri.
Saat mendengar Angin Pujaan Hujan dan Puan Bermain Hujan saya larut kedalam lagu tsb. Saya merasa mengalami pengalaman batiniah dengan emosi yang meluap. Sebuah ekstase.

Terkadang meluapnya kebahagiaan saat seolah-olah melihat Fleur dan Finix asik bermain ditengah hujan.
Terkadang meluapnya ketakjuban seakan-akan melihat padang gambut luas di kala terbit mentari di tengah Kalimantan.
Terkadang seperti membuncahnya kerinduan saat menatap kerling cantik mata istri saya.
Terkadang  perasaan euforia seolah saat lepas dari borgol dalam gua dan melesat keluar melihat cahaya.
Bahkan terkadang meluapnya perasaan girang riang saya terhadap Tuhan.

Tulisan pendek ini bukan mengenai siapa Payung Teduh, bukan pula mengulas tentang  mengenai sisu musikalitas mereka saat berada di puncak karir bermusiknya.
Tapi ini tulisan mengenai bagaimana saya sangat memuja kedua Mahakarya mereka,  secara subjektif mungkin, sejujur-jujurnya dan se-hiperbolis yang saya bisa.
Angin Pujaan Hujan dan Puan Bermain Hujan adalah puncak dari kejeniusan Payung Teduh, Dua Mahakarya Utama dari kumpulan mahakarya Payung Teduh. 
Angin Pujaan Hujan-Puan Bermain Hujan dan Payung Teduh adalah seperti..
Pieta-Daud dan Michelangelo
Monalisa dan Da Vinci
Godfather dan Francis Coppola
Tetralogi Buru dan Pram
Alfa Romeo Disco Volante dan Touring
Takkan ada yang bisa menjiplaknya
Takkan ada yang bisa mencipta ulang

Jumat, 16 Oktober 2020

Kuda dan Pelana


Dunia adalah padang rumputku

Tuhan adalah Rajaku
Akhirat adalah Istana Rajaku
Mencapai istana adalah Titah Rajaku
..
Nafsu, Raga dan Logika adalah Kuda Liarku
Sayyidina Muhammad adalah Guru Berkudaku
Agama dan Syukur adalah Pelana dan Ilmu Berkudaku
Mahabbah adalah ladamnya
..
Harta
Kepandaian
Fisik
Tak lebih dari surai, corak bulu, kelopak dari Sang Kuda Liar
..
Tak lebih

Karna Aku Rindu


Karna aku rindu

Kudendangkan selawat tentangmu sembari membuai anak lelakiku

Karna aku rindu
Kuceritakan tentangmu kepada anak perempuanku di kala malam

Karna aku rindu
Kubayangkan namamu di tengah ramainya Tarhim senja

Karna aku rindu
Kuulang namamu agar Engkau berkenan hadir di bunga tidurku

Karna aku rindu
Kutinggikan suara parauku saat namamu diucap di tengah bisingnya jalanan

Karna aku rindu
Kupaksakan agar rejekiku mengalir di antara tawa para Yatim agar kelak kau bersebelahan denganku

Semua itu
Karna aku rindu

Sisi Positif Corona


Membedakan mana yang berilmu, mana yang hanya berkuliah tinggi

Membedakan mana yang tidak bisa mengerti, mana yang tidak menghiraukan

Membedakan mana yang beribadah karena Tuhan, mana yang beribadah karena Nafsu.

Membedakan mana yang musibah-ujian-hukuman-istidraj, mana yang menjerumuskan dirinya sendiri

Membedakan mana yang harus keluar demi sesuap nasi, mana yang sekedar tidak peduli

#dirumahajadulu


#Dirumahajadulu
hanyalah kata yang digunakan kaum menengah kaya untuk melindungi ketakutan mereka

#Dirumahajadulu
tidak akan membantu bapak Kuli bapak Tani bapak Asongan

#Dirumahajadulu
ada agar kaum urban tak liar berpesta pora di mall bioskop dan warung kopi
 
#Dirumahajadulu
Tak kan membantu si papa, karena bagi mereka Corona 10% nyata dan Kelaparan 90% niscaya

#Dirumahajadulu
Hanya untuk kamu dan aku. Bukan anak yatim dan nenek buruh pemecah batu

#Dirumahajadulu
ada untuk menahan egomu
dan meningkatkan rasa berbagimu

#Dirumahajadulu
membuatku menulis yang takkan dibaca siapapun

Kepada Sang Pujangga

Pulanglah ke haribaan-Nya

Peluklah Ia dalam rumahNya yang Kudus

Kami ikhlaskan selaksa malaikat mencercap manisnya kidungmu

.

Maafkan aku

yang tak kunjung selesai mencercap nektar tintamu

Kamis, 15 Oktober 2020

Cerita Tentang Seorang Ayah Milenial




Pagi ini saya tergugah setelah beberapa hari cukup risau. Melihat linimasa media sosial,mendengar kisah sesama rekan-rekan ,melihat langsung dan membandingkan, saya merasa apa yang saya capai terlihat jauh tertinggal daripada rekan-rekan sebaya saya. Pagi ini pun saya kembali teringat seorang penyanyi yg lebih muda dari saya, diterima di suatu kampus paling bergengsi di dunia. Kemudian saya bertanya "kenapa saya hanya sampai disini saja?"

..

Simon Sinek pernah berkata " Generasi Milenial terbentuk dari mindset instant gratification dan akselerasi pencapaian hidup" (atau kira2 demikian lah kutipannya)

Ya,saya seorang yang lahir di tahun 90an,saya tumbuh besar di lingkungan dengan kompetisi pendidikan yang cukup ketat,  kedua orangtua saya berlatar belakang pendidikan yang lumayan baik dan saya begitu menjunjung tinggi prestasi akademik dan pencapaian-pencapaian lain..

Dan ya,saya begitu haus oleh pencapaian dan prestasi dalam hidup saya..

..

Kemudian saya termenung dan mengingat sebuah artikel berjudul "Ibu,aku hanya ingin menjadi orang yang bertepuk tangan dipinggir jalan" bahwa memang penting pencapaian-pencapaian itu tapi yang lebih penting adalah menjadi bahagia menjadi diri sendiri dan bersyukur karenanya..

..

Terkadang saya lupa bahwa saat ini Tuhan menghadiahi hidup saya dengan dua Bidadari Cantik yang senantiasa ingin melihat saya tertawa

Saya lupa keempat orang tua saya sehat dan senantiasa mendukung saya

Lupa bahwa kedua adik saya mapan dengan jalan hidupnya masing-masing

Lupa kalau kami rekan kerja selalu riang gembira meskipun pekerjaan membuat kami harus berpeluh hingga kusut masai

Dan saya sendiri sampai detik ini diberkahi kesehatan dan masih bisa mengingat-Nya 5 waktu sehari..

..

Target hidup saya akan tetap tinggi tapi setidaknya sekarang saya sadar untuk harus sering-sering bersandar sebentar mensyukuri merayakan hidup dan berhenti terlalu membandingkan "saya dan mereka"

..

"How foolish is man! He ruins the present while worrying about the future, but weeps in the future by recalling his past!"- Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A.

Tanjung Tabalong, 2018

Sang Ibu Pemulung dan Anaknya

Tepat 1 tahun yang lalu, aku bertemu dengan Seorang Ibu Pemulung dan Anaknya diluar tembok sebuah proyek apartemen mewah di kawasan Ahmad Yani, Surabaya. Kondisiku dan keluargaku sebetulnya tidak terlalu baik. Posisi pekerjaan baru, kota yang baru, adaptasi lingkungan baru, dengan jumlah pendapatan yang belum pasti meskipun bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pendapatanku perbulan bisa dibilang cukup untuk menghidupi kami sekeluarga.

Aku ingat betul hari itu aku berjalan gontai keluar proyek sebelum bertemu Ibu Pemulung dan Anaknya. Construction Manager Proyek tsb sudah puas mengacuhkanku yang berharap bisa menegosiasikan sesuatu hari itu.

Aku berjalan gontai, berjalan pasrah, sudah 3 bulan ini targetku tak kunjung tercapai.

Lalu aku bertemu Ibu Pemulung dan Anaknya.

Ibu Pemulung itu berkerudung, paruh baya, kisaranku awal 40 tahun, wajahnya nampak gembira meskipun semburat wajah lelah terlihat jelas di kantung matanya. Lengan kurus beliau nampak legam dengan otot yang mencolok. Sedangkan Anaknya perkiraanku sedang duduk dikelas 4 SD, menenteng ransel merah merona nampak ceria menemani ibunya yang mengumpulkan plastik botol diantara gaduhnya jalan Ahmad Yani. Ketika mereka melewati mobilku, secara reflek kubuka kaca jendela, kuraih 1 botol air mineral di jok belakang, kurogoh dompetku dan kupanggil si Anak yang riang tawanya. "Dek kesini!!" ujarku. Kujulurkan botol mineral tadi dan uang 20ribuan seraya berkata "Ini buat Ibu ya, uangnya buat kamu jajan."

.

Tangan kecilnya meraih botol dan uang tadi, wajahnya nampak kaget dan sumringah seakan tak percaya. "Terima kasih ,Om" teriaknya.

Aku hanya tersenyum tersimpul, menjawab "sama-sama, sekolah yang pinter ya" sembari menutup jendela.

.

Mereka berjalan menjauhi mobilku, si Anak nampak meloncat-loncat. Dikepalaku berputar wajah Fleur dan Finix. Kuraih handphone-ku, kufoto mereka dari jauh, kuposting apa yang ada di kepalaku saat itu, yaitu postingan yang kalian sedang kalian lihat diatas.

.

1 tahun sudah peristiwa itu terjadi, saat ini aku berkaca kembali dengan kondisi kami saat ini. Aku, Farah, Fleur-Finix, Ayah, Ibu Adik-adik kami dalam kondisi sehat wal'afiat meskipun di masa pandemi seperti ini. Kondisi sosial ekonomi keluarga kecil kami juga baik-baik saja bahkan cenderung membaik. Keluarga kecil kami selalu dalam Pelukan Kasih dan Rahmat-Nya. Tentu saja dalam 1 tahun ini banyak hal yang tidak mengenakkan, namun hal itu tidak sebanding dengan ketenangan yang kami rasakan saat ini.

Sebotol kecil air mineral dan uang 20 ribu rupiah tadi sudah pasti bukan hal besar untuk kami atau dalam bahasaku "tidak akan membuat kami kekurangan". Tapi aku sangat percaya bahwa Sang Ibu Pemulung dan Sang Anak sudah membisikkan doa-doa kecil bagi kami yang menembus Arsy dan Kursi-Nya Allah. Dan Allah berkenan akan doa mereka. Allah ridla.

.

1 tahun yang lalu,

Didalam tawa Sang Anak saat menerima uangku, mungkin ada Senyum Allah padaku

Didalam lengan legam Sang Ibu Pemulung saat meraih air mineralku, mungkin ada Rasa Bangga Allah padaku

Didalam ayunan kaki mereka melangkah diterik Ahmad Yani, ada Ratusan Malaikat yang menyaksikan hal tsb.

Sehingga 1 tahun ini kami sekeluarga bisa melewati dengan baik.

Aku sungguh bersyukur bertemu Sang Ibu Pemulung dan Anaknya.

Aku sungguh belajar dari mereka.

Tak ada yang perlu kami keluhkan tentang kondisi kami, tak ada yang perlu kami sesali, bahkan kami sekarang bisa mulai menertawakan hal yang meleset dari yang kami

.

Semoga dimanapun mereka berdua berada saat ini, Allah melimpahi mereka dengan perut yang kenyang, senyum yang bahagia, dan keberkahan yang meruah.

.

Amin

Sabtu, 10 Oktober 2020

Menerka Pikiran Supir Truk : Sebuah Kontemplasi Tak Berfaedah dalam Rutinitas Lalu Lintas Jalan Tol


Sebagai seseorang yang bekerja di bidang marketing, salah satu rutinitas dan kewajiban saya adalah berkeliling dan mengendarai mobil di jalan tol. Jamak sekali saya melihat kendaraan roda empat, roda enam bahkan hingga long bed vehicle di jalan tol seputaran ruas Tanjung Perak-Sidoarjo, Waru-Mojokerto sampai Sidoarjo-Pasuruan. Truk barang dan kargo adalah kendaraan yang selalu menarik perhatian saya selama saya berkendara di jalan tol. Jendela di sisi pengemudi yang separuh terbuka, kepulan asap rokok yang keluar dari jendela kabin, gaya mengemudi yang rebel - “slonong boy” dan tak mengikuti kaidah yang tak sesuai dengan peraturan lalu lintas adalah beberapa ciri khas mereka. Tak ketinggalan pula salah satu ciri khas truk barang dan kargo adalah aneka tulisan dan coretan di belakang bak atau vessel-nya.
 
Entah sudah berapa puluh tulisan di belakang bak truk yang saya tertawai setiap mereka melintas. Kalimat-kalimat yang ditulis menggunakan kombinasi cat kayu, cat minyak dan cat metal tsb sangat menggelitik pikiran saya. Lugas, terkadang maknanya dalam (walau seringnya juga hanya bernada kelakar), dan yang jelas sangat menghibur. Sebagai seseorang yang sering memikirkan hal-hal tak berguna, saya sering menerka-nerka makna tulisan-tulisan tsb. Berikut adalah hasil Analisa dan pertanyaan di kepala terhadap hal yang tidak terlalu penting yang kerap mewarnai perjalanan berkendara saya :
 
• “Loss gak rewel” : Apakah pikiran Sang Sopir saat memesan pada perajin bak sedang sangat bimbang dalam hidupnya sehingga langsung berpikiran “tak perlu terlalu banyak pertimbangan, putuskan, jalani, dan tanggung semua resikonya”? Apakah Sang Sopir sedang dalam pertaruhan sehingga memutuskan sesuatu tanpa pikir panjang? Ataukah Sang Sopir hanya seorang penggemar dari koki dari sebuah kedai dari Purworejo yang beberapa saat yang lalu sempat viral?
 

• “Tante Culik Aku Dong” : Fenomena pria tunasusila atau gigolo memang jamak terjadi dalam masyarakat urban. Didukung dengan banyaknya situs pornografi di Internet dengan kategori seperti MILF (Mother I Like to F*ck), Dirty Cougar, MOMPOV, Momknowsbetter, dst membuat imajinasi kaum adam berputar liar pada sosok Tante. Apakah Sang Sopir berimajinasi bahwa beliau akan diselamatkan seorang sugarmommy yang seksi dan kaya sehingga dapat membebaskannya dari kehidupan jalan raya yang keras?
 
• “Tertipu Gadis Manis Berhati Sadis” : Sebagai pria dengan frekuensi kehadiran dirumah yang minim, kemungkinan Sang Sopir untuk tersangkut pada wanita lain di luar rumah sangatlah baesar. Apalagi jika wanita tsb memiliki paras yang cantik dan badan yang aduhai. Masalahnya terkadang para wanita yang menjadi tambatan hati Sang Sopir adalah wanita yang berbayar atau wanita yang malah akan menguras kocek Sang Sopir.
 
• “Jatuh Cinta Itu Bahagia Kalau Gelisah Namanya Jatuh Tempo “ : Beberapa orang sering berpendapat bahwa abad 21 adalah abad kejayaan perkreditan perbankan. Semua hal kini bisa dicicil asalkan dibayar dengan bunga pinjaman. Rumah, mobil, motor, telepon genggam, paket liburan hingga pakaian dalam bisa segera dinikmati hanya dengan uang muka saja. Akibatnya? Seperti Sang Sopir yang kini berada dalam masa jatuh tempo 
..
Saya sering mencari-cari di media daring terkait fenomena tulisan-tulisan di bak truk barang, luar biasanya ternyata banyak yang mengulas hal-hal tsb, bahkan ada yang menjadikannya sebagai bahan skripsi. Bagi saya pribadi hal itu cukup melegakan karena ternyata diluar sana banyak orang yang ingin mengulik dinamika psikis para sopir yang sampai kapanpun takkan bisa mendapat tempat di media arus utama, highlight stories selebgram Indonesia atau bahkan subjek kajian sasaran program Nawacita

^vlcn

Kamis, 08 Oktober 2020

Ode Untuk Demo Hari Ini

lewat gedung dprd surabaya
Ada anak SMA melempari polisi dgn batu
Ada polisi mengeroyok mahasiswa
Ada aktivis buruh sibuk berorasi
Ada intel kontak sana-sini lewat HT
...
Tak berapa jauh
Ada nenek2 berjalan tertatih mengantarkan jualannya ke warkop
Ada pemuda jawa-tionghoa melamun menjaga toko
Ada bapak setengah baya memperbaiki mesin pickupnya
Ada kakek tua payah mengayuh becaknya
..
..
Anak SMA dan Mahasiswa memperjuangkan idealismenya
Polisi dan intel memperjuangkan karir dan pekerjaannya
Aktivis buruh memperjuangkan hak dan periuk nasinya
..
Si Nenek, Pemuda Jawa Tionghoa, Bapak Setengah Baya, dan Kakek Tua?
Mereka tidak memperjuangkan apa2..
Mereka tak pernah berharap apa2..
Mereka tahu hidupnya sudah diketok dan dijatah sengsara
Sejak jaman moyang mereka dipaksa Daendels membuat jalan
Moyang mereka dicerabut untuk tanam paksa oleh Van Den Bosch
Moyang mereka dibikin memakai baju karung goni oleh pasukannya Tojo
Kakek mereka dirayu untuk berjuang tahun 45
Mereka dipaksa lapar saat Inflasi '64
Mereka ditakut2i tentara saat tahun '74
Mereka di PHK saat tahun '98
Mereka dibohongi di tahun 2004, 2009, 2014..
..
Mereka tetap sengsara dan mereka tak berharap menjadi lebih baik..
Mereka hanya berharap esok masih ada sepiring nasi untuk bertahan menghadapi hari dan kesengsaraan yg lain lagi

Gratitude Journal of Bapak Dua Anak #16 : Lagu baru favoritku itu bernama Sunyi

Semakin tua aku Semakinku menyukai lagu yang sunyi hening ditengah hiruk pikuk dunia Diselangi irama celotehan lucu Fleur dan Finix Diantara...