Kamis, 15 Oktober 2020

Sang Ibu Pemulung dan Anaknya

Tepat 1 tahun yang lalu, aku bertemu dengan Seorang Ibu Pemulung dan Anaknya diluar tembok sebuah proyek apartemen mewah di kawasan Ahmad Yani, Surabaya. Kondisiku dan keluargaku sebetulnya tidak terlalu baik. Posisi pekerjaan baru, kota yang baru, adaptasi lingkungan baru, dengan jumlah pendapatan yang belum pasti meskipun bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, pendapatanku perbulan bisa dibilang cukup untuk menghidupi kami sekeluarga.

Aku ingat betul hari itu aku berjalan gontai keluar proyek sebelum bertemu Ibu Pemulung dan Anaknya. Construction Manager Proyek tsb sudah puas mengacuhkanku yang berharap bisa menegosiasikan sesuatu hari itu.

Aku berjalan gontai, berjalan pasrah, sudah 3 bulan ini targetku tak kunjung tercapai.

Lalu aku bertemu Ibu Pemulung dan Anaknya.

Ibu Pemulung itu berkerudung, paruh baya, kisaranku awal 40 tahun, wajahnya nampak gembira meskipun semburat wajah lelah terlihat jelas di kantung matanya. Lengan kurus beliau nampak legam dengan otot yang mencolok. Sedangkan Anaknya perkiraanku sedang duduk dikelas 4 SD, menenteng ransel merah merona nampak ceria menemani ibunya yang mengumpulkan plastik botol diantara gaduhnya jalan Ahmad Yani. Ketika mereka melewati mobilku, secara reflek kubuka kaca jendela, kuraih 1 botol air mineral di jok belakang, kurogoh dompetku dan kupanggil si Anak yang riang tawanya. "Dek kesini!!" ujarku. Kujulurkan botol mineral tadi dan uang 20ribuan seraya berkata "Ini buat Ibu ya, uangnya buat kamu jajan."

.

Tangan kecilnya meraih botol dan uang tadi, wajahnya nampak kaget dan sumringah seakan tak percaya. "Terima kasih ,Om" teriaknya.

Aku hanya tersenyum tersimpul, menjawab "sama-sama, sekolah yang pinter ya" sembari menutup jendela.

.

Mereka berjalan menjauhi mobilku, si Anak nampak meloncat-loncat. Dikepalaku berputar wajah Fleur dan Finix. Kuraih handphone-ku, kufoto mereka dari jauh, kuposting apa yang ada di kepalaku saat itu, yaitu postingan yang kalian sedang kalian lihat diatas.

.

1 tahun sudah peristiwa itu terjadi, saat ini aku berkaca kembali dengan kondisi kami saat ini. Aku, Farah, Fleur-Finix, Ayah, Ibu Adik-adik kami dalam kondisi sehat wal'afiat meskipun di masa pandemi seperti ini. Kondisi sosial ekonomi keluarga kecil kami juga baik-baik saja bahkan cenderung membaik. Keluarga kecil kami selalu dalam Pelukan Kasih dan Rahmat-Nya. Tentu saja dalam 1 tahun ini banyak hal yang tidak mengenakkan, namun hal itu tidak sebanding dengan ketenangan yang kami rasakan saat ini.

Sebotol kecil air mineral dan uang 20 ribu rupiah tadi sudah pasti bukan hal besar untuk kami atau dalam bahasaku "tidak akan membuat kami kekurangan". Tapi aku sangat percaya bahwa Sang Ibu Pemulung dan Sang Anak sudah membisikkan doa-doa kecil bagi kami yang menembus Arsy dan Kursi-Nya Allah. Dan Allah berkenan akan doa mereka. Allah ridla.

.

1 tahun yang lalu,

Didalam tawa Sang Anak saat menerima uangku, mungkin ada Senyum Allah padaku

Didalam lengan legam Sang Ibu Pemulung saat meraih air mineralku, mungkin ada Rasa Bangga Allah padaku

Didalam ayunan kaki mereka melangkah diterik Ahmad Yani, ada Ratusan Malaikat yang menyaksikan hal tsb.

Sehingga 1 tahun ini kami sekeluarga bisa melewati dengan baik.

Aku sungguh bersyukur bertemu Sang Ibu Pemulung dan Anaknya.

Aku sungguh belajar dari mereka.

Tak ada yang perlu kami keluhkan tentang kondisi kami, tak ada yang perlu kami sesali, bahkan kami sekarang bisa mulai menertawakan hal yang meleset dari yang kami

.

Semoga dimanapun mereka berdua berada saat ini, Allah melimpahi mereka dengan perut yang kenyang, senyum yang bahagia, dan keberkahan yang meruah.

.

Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...