Saya sering bertanya "Mengapakah kota sebusuk ini masih tegak berdiri?Bagaimana ceritanya pusaran penuh nafsu dan syahwat ini masih menjadi tujuan manusia mencari nafkah?mengapa Tuhan masih melimpahkan rahmat-Nya pada manusia-manusia dan hutan gedung ini?"
Pagi ini, Senin 28 Oktober 2024 saya kembali diingatkan Tuhan ketika menaiki KRL. Diantara himpitan para penumpang, saya melihat banyak dari mereka yang menderas AlQuran.
Satu dua orang memencet pelan tasbih digital sembari menutup mata berharap akan ridho-Nya.
Beberapa memegang rosario erat diatas dadanya.
Saya menengok melihat kearah luar jendela. Berderet-deret saya lihat manusia-manusia berjuang mengupayakan dan mengharap rizki-Nya. Sebagai pengendara ojek, sebagai pengamen, sebagai satpam, sebagai pemulung, sebagai karyawan, sebagai bos yang pening memikirkan gaji bawahannya.
Semua berjuang dan berusaha.
Dan saya yakin hampir semuanya -sholat tak sholat,kegereja ataupun tidak, relijius atau tidak- senantiasa bersenandung dalam peluh keringatnya, "Tuhan hamba disini mengharapkan sedikit karunia-Mu, untuk keluarga hamba, untuk kesayangan hamba, dan berkahilah hamba dalam meniti hari ini".
Dan dalam doa itu saya yakin bertebaran Rahmat Tuhan yang tak berhingga.
...
Bagaimana Tuhan tidak sayang pada Jakarta?
Bukankah Ia Maha Pengasih, ArRahman?
..
Jakarta adalah kota bak lautan dalam malam.
Tetap gelap, riuh dengan ombak, dan menyeramkan.
Tapi kalau kita melihat jeli, akan nampak alga-alga berpendar indah, akan terdengar eluhan paus dikejauhan, dan bila kita melongok keatas maka nampak Bima Sakti gagah menunjukkan kekuasaan ke-Ilahian Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar