Kamis, 15 Oktober 2020

Cerita Tentang Seorang Ayah Milenial




Pagi ini saya tergugah setelah beberapa hari cukup risau. Melihat linimasa media sosial,mendengar kisah sesama rekan-rekan ,melihat langsung dan membandingkan, saya merasa apa yang saya capai terlihat jauh tertinggal daripada rekan-rekan sebaya saya. Pagi ini pun saya kembali teringat seorang penyanyi yg lebih muda dari saya, diterima di suatu kampus paling bergengsi di dunia. Kemudian saya bertanya "kenapa saya hanya sampai disini saja?"

..

Simon Sinek pernah berkata " Generasi Milenial terbentuk dari mindset instant gratification dan akselerasi pencapaian hidup" (atau kira2 demikian lah kutipannya)

Ya,saya seorang yang lahir di tahun 90an,saya tumbuh besar di lingkungan dengan kompetisi pendidikan yang cukup ketat,  kedua orangtua saya berlatar belakang pendidikan yang lumayan baik dan saya begitu menjunjung tinggi prestasi akademik dan pencapaian-pencapaian lain..

Dan ya,saya begitu haus oleh pencapaian dan prestasi dalam hidup saya..

..

Kemudian saya termenung dan mengingat sebuah artikel berjudul "Ibu,aku hanya ingin menjadi orang yang bertepuk tangan dipinggir jalan" bahwa memang penting pencapaian-pencapaian itu tapi yang lebih penting adalah menjadi bahagia menjadi diri sendiri dan bersyukur karenanya..

..

Terkadang saya lupa bahwa saat ini Tuhan menghadiahi hidup saya dengan dua Bidadari Cantik yang senantiasa ingin melihat saya tertawa

Saya lupa keempat orang tua saya sehat dan senantiasa mendukung saya

Lupa bahwa kedua adik saya mapan dengan jalan hidupnya masing-masing

Lupa kalau kami rekan kerja selalu riang gembira meskipun pekerjaan membuat kami harus berpeluh hingga kusut masai

Dan saya sendiri sampai detik ini diberkahi kesehatan dan masih bisa mengingat-Nya 5 waktu sehari..

..

Target hidup saya akan tetap tinggi tapi setidaknya sekarang saya sadar untuk harus sering-sering bersandar sebentar mensyukuri merayakan hidup dan berhenti terlalu membandingkan "saya dan mereka"

..

"How foolish is man! He ruins the present while worrying about the future, but weeps in the future by recalling his past!"- Sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A.

Tanjung Tabalong, 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...