Minggu, 12 Desember 2021

Quote Ceria Aulia #5

 "Hidup seperti Imam Syafi'i. Kalau ada yang suka ya disyukuri, untuk silaturahmi. Kalau ada yang nggak suka ya disyukuri, tidak akan ganggu hidup kita. Kalau ngeliat dunia itu enteng sekali" (Dikutip dengan sedikit penyesuaian )


KH Ahmad Bahaudin Nursalim, Tafsir Jalalain Surah Shad 1-8, 19 Des 2019




Gratitude Journal Of Bapak Dua Anak #9 : Yoni Pratama

 Gedangan, 12 Desember 2021


Saya bersyukur sore ini kami tidak sengaja berkunjung ke rumah salah satu teman saya sejak jaman SMP.  Namanya adalah Yoni Pratama. Kami sudah saling kenal karena kami sama-sama bersekolah di SMPN 4 Surakarta, kemudian sama-sama melanjutkan di SMAN 1 Surakarta dan bersambung berkawan hingga saat ini. Fisik Yoni sangat kontras dengan sifatnya. Tubuh Yoni tinggi besar dengan kulit sawo matang sehingga timbul kesan angker bagi yang belum mengenalnya. Namun lucunya selalu tersungging senyum di wajahnya. Tutur katanya selalu halus dan bernada lembut khas Priyayi Solo. Sifatnya pun selalu ramah dan bersahabat.

Yoni seingat saya selalu seperti itu sejak pertama saya mengenalnya di masa SMP lebih dari 15 tahun yang lalu. Selalu ramah dan selalu tersenyum pada siapapun. Setahu saya ia tak pernah punya musuh dan sepertinya semua orang juga menyukainya. Entah memang ia ingin tak ingin cari musuh atau pembawaannya memang dari lahir begitu, baik pada semua orang. Saya tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Yoni ketika ia sedang ada masalah atau dalam tekanan pekerjaan, meskipun saya percaya bahwa besar kemungkinan ia akan tetap selow dan tersenyum menghadapinya.



 Yoni sangat sesuai dengan perilaku yang menurut orang tua saya "Wong mono bisa'a apik marang liyan, bisa'a amrih piye carane ora nglarani ati dulur kancane, insyaAllah Gusti bakal bales. Neg ora diwales bandha, ya diwales sehat. Neg ora diwales dunya, ya mengko neg akherot. Neg ora tiba awakmu, ya nggo anak turunmu." (Manusia kalau bisa berbuat baik dengan sesama, bagaimana caranya agar tidak menyakiti hati kawan dan saudaranya, insyaAllah Tuhan akan membalas. Kalau tidak berupa harta, ya dibalas berupa kesehatan. Kalau tidak dibalas di dunia, ya nanti di akhirat. Kalau tidak dibalas padamu, ya nanti untuk anak keturunanmu). 

Ya, segala budi baik, ketulusan, kelembutan dan keramahan manusia tetap akan berbalas.  Di kala saat ini manusia berbuat baik sering karena dilandasi keinginan hutang budi, percaya atau tidak Tuhan dan Semesta Raya sudah memiliki catatannya sendiri. Kita harus seperti Yoni dimanapun dan kapanpun kita berada. Kalau meminjam istilah kawan saya yang beragama Hindu "Yoni sedang dan selalu menanam karma baiknya dan suatu saat ia akan memanen buah karma baik itu kembali".

Gratitude Journal Of Bapak Dua Anak #8 : Anak Milik Tuhan

 Meja Makan di Ampel, 11 Desember 2021.


Saya bersyukur mengikuti berita yang sedang heboh di media massa dan lini masa mengenai 21 santriwati yang "diperkosa" oleh guru ngajinya. Sebagai bapak dengan dua anak dengan anak perempuan kami yang sulung baru berumur 5 tahun, tentunya berita ini membuat hati saya teriris sekali karena berita ini layaknya berita saham, muncul setiap hari dan beritanya diminati. Banyak yang mengajukan berbagai pertaanyaan lucu seperti "kenapa berita-berita perkosaan seperti ini baru muncul sekarang?kenapa harus guru ngaji?apakah ini dalam rangka skema besar penghancuran institusi agama?" dan banyak lagi.

Kalis Mardiasih, seorang aktivis perempuan menyebutkan dalam akun sosial medianya bahwa sebetulnya kekerasan seksual sudah ada sejak dulu dan jumlahnya sudah banyak namun dahulu kekerasan seksual dinormalisasi oleh media. Masyarakatpun dahulu masih menganggap kekerasan seksual adalah sebuah aib yang harus ditutup-tutupi dan korban belum bisa mengemukakan apa yang terjadi padanya. Belum lagi pendidikan seksual masih sangat tabu dan wanita masih dihambat gerakannya untuk melawan kekerasan yang terjadi padanya. Masalah guru ngaji? bukankah seorang pemuka agama tidak hanya Islam saja namun juga Kristen, Katolik, Budha dan lain lain sudah sering diberitakan adalah pelaku utama dibanyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual. Bukan tanpa alasan bahwa serial kartun "South Park" sering menjadikan pastor sebagai bahan guyonan utamanya dibanyak episode. 

Lagi, saya bukan seorang ahli dibidang gender atau ilmu sosial namun saya hanyalah orang tua yang ingin menjaga anaknya sebaik mungkin agar terhindar dari bahaya kekerasan seksual. Saya dan istri bersyukur karena tumbuh besar dikeluarga dimana ayah saya selalu lembut dan tidak pernah main tangan pada ibu saya dan anak-anaknya. Kamipun bersyukur dapat tumbuh normal hingga dewasa tanpa mengalami pelecehan atau hal lain dalam hidup kami. Kedua hal ini adalah modal awal kami untuk mendidik dan usaha kami dalam menjauhkan Fleur dan Finix dari hal-hal yang tidak kami inginkan. Namun itu belum cukup.

Diskusi dengan kawan-kawan saya membuat saya tersadar bahwa membesarkan anak dizaman sekarang jauh lebih sulit daripada dahulu saat ayah saya membesarkan saya. Apa yang kami diskusikan membuat saya dan istri merasa harus belajar lebih. Kami harus mulai membaca buku terkait pola mendidik anak, bermusyawarah berdua mengenai bagaimana kami mendidik mereka, berdiskusi lebih dengan rekan-rekan kami seumuran, memilah - memilih-menemani apa yang Fleur dan Finix lihat di televisi dan youtube, mulai berdiskusi dengan mereka sesuai umur tumbuh kembangnya, dan yang paling sulit mendampingi dan mengawasi orang-orang disekitar kami.

Apakah hal itu itu cukup untuk menghilangkan semua potensi bahaya yang ada? Sekali lagi itu tidak cukup. Kadang saya sendiri takut sekali jika terjadi sesuatu hal pada kedua buah hati kami (Naudzubillahi min dzalik!). Takut apakah kami berdua sudah membesarkan mereka dengan semaksimalnya sehingga mereka nantinya dapat tumbuh besar menjadi seorang yang bertanggung jawab dan baik dimata Tuhan dan masyarakat. Namun apa daya, sayapun manusia biasa.



Hingga suatu malam saat saya menatap Fleur dan Finix yang sedang pulas tidur, saya mendapatkan ketenangan. Saya sadar bahwa mereka berdua adalah anak milik Tuhan yang dititipkan pada saya dan Istri. Tugas yang Tuhan berikan pada saya adalah menjaga, mendidik dan mencintai mereka semampu dan semaksimal yang kami bisa. Sisanya kami serahkan pada Tuhan Sang Penguasa Semesta Alam. Semakin kami merasa bahwa Fleur dan Finix adalah milik kami pribadi, semakin tidak maksimal kami dalam mendidik mereka, semakin tumbuh kekhawatiran dan ketakutan dalam diri kami. Tuhan akan memberikan yang terbaik selama kami berusaha dan berdoa sebaik mungkin. 

Saya yakin itu.

Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim

Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sabtu, 04 Desember 2021

Justice League > Super Team

Terkadang saya mengernyit ketika mendengar kata-kata yang populer di berbagai instansi dan perusahaan.

"Jangan jadi Superman tapi jadilah Super Team"


Bagi saya, Super Team seakan-akan berisi manusia-manusia All-Arounder dengan kapasitas medioker yang dipaksa menjadi bisa mengerjakan berbagai fungsi, sehingga jika sewaktu-waktu bagian lain tidak berjalan normal, ia bisa dipindahkan sebagai subtitusi fungsu yang abnormal tsb.

Implikasi ekstremnya adalah semua manusia All-Arounder tadi akan dianggap tidak spesial dan mudah digantikan, 

Cih

"Kenapa harus jadi Super Team kalau kita bisa jadi Justice League", kira-kira begitu pikir saya. Unik dan Kuat secara Individu namun terpadu dan solid secara organisasi.


Jumat, 03 Desember 2021

Quote Ceria Aulia #4

 "Hobinya Allah itu mengampuni hambanya"

 Habib Muhammad bin Anies Shahab



Gratitude Journal Of Bapak Dua Anak #6 : Akhyari Hananto

Ampel, Surabaya, 13 November 2021


"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda" Tan Malaka

Pagi tadi kami sekeluarga sudah bersiap untuk mencari sarapan. Istri saya sudah sejak kemarin mengusulkan untuk mencari makan pagi di sebuah kedai Soto Boyolali di seputaran Mall Grand City Surabaya yang kami temukan lokasinya beberapa bulan yang lalu.
"Adek butuh yang kuah-kuah panas,Sayang" ujar istri saya. Si bungsu, Finix, sejak kemarin agak kurang sehat dan suhu badannya diatas normal. Masuk angin kalau menurut pandangan kami berdua.
Sesampainya di kedai tsb, istri saya segera memesan beberapa porsi soto dan lauk kemudian kami duduk dengan pose sudah ready di meja menunggu santapan datang.

Sembari ngobrol, tak sengaja pandangan mata saya tertuju pada mobil Nissan yang baru saja. Seorang pria keluar dari mobil disusul oleh wanita dan anak-anak kecil yang saya asumsikan sebagai keluarga pria tsb. Tiba-tiba mata kami bertemu pandang. Meskipun ia memakai masker dan saya hanya memandang mata dan pola wajah pria itu, saya merasa mengenalinya. Saya mengangguk dan iapun membalas anggukan itu.
Saya menyapa "Betul Mas Akhyari Hananto ya?"
Ia menjawab "Iya betul, kok tau Mas?"
Kami kemudian berkenalan serta berbincang sejenak. Lalu saya mengungkapkan padanya betapa tulisannya menginspirasi saya, lantas saya dan beliau saling meminta ijin untuk berswafoto satu sama lain.
Namanya adalah Akhyari Hananto. Beliau adalah pendiri Good News From Indonesia (GNFI), sebuah kanal media yang menyajikan berita-berita positif mengenai kondisi dan perkembangan negara tercinta kita, Indonesia. Beliau mendirikan GNFI sebagai bentuk protes atas masifnya berita-berita negatif yang beredar di media massa nasional baik cetak maupun elektronik. Ia merasa berita-berita negatif tadi akan meracuni para generasi muda dan penerus bangsa yang dikhawatirkan akan berimbas pada keruhnya pola pikir dan kerdilnya cita-cita generasi muda khususnya bagi kemajuan bangsa dan negara. Seolah-olah melawan frasa terkenal "bad news is a good news", ia kemudian sering menulis berbagai berita dan perkembangan positif yang terjadi di Indonesia di blog pribadinya yang kemudian berkembang menjadi website dan kanal-kanal berita di berbagai media sosial yang lain. Kanal-kanalnya merambah mulai dari twitter hingga Instagram yang telah diikuti oleh lebih dari 650ribu orang.

Namun bukan itu yang ingin saya ungkapkan di tulisan ini, bukan mengenai sosok beliau. Tapi mengenai momen bertemu dengan beliau. 
Bertemu langsung dengan beliau pagi ini membuat saya menemukan "api" yang selama ini  saya pikir sudah padam.
Api yang dulu membuat saya bersemangat untuk bangun pagi membaca materi kuliah
Api yang dulu membuat saya "mampu" bercita-cita tinggi sekaligus meyakininya
Api yang dulu membuat saya rela mengulang-ulang lagu "Braveheart" dari Koji Wada agar tetap teguh dan kuat saat menghadapi masa-masa sulit.
Bertemu dengan beliau membuat saya menemukan kembali idealisme saya dalam menjalani apa yang saya cita-citakan.
Bertemu dengan beliau seakan menandakan bahwa  saya harus menjalani hidup derap kencang seperti Lokomotof dengan "api" yang saya temukan kembali yang membakar tungku ketel saya.
Bertemu dengan beliau seakan saya melihat Tuhan tersenyum mengangguk seraya berkata "Let's Go!"

Gratitude Journal Of Bapak Dua Anak #7 : Lego Milik Tuhan

Tol Cikampek, 2 Desember 2021.


"God's will is like a jigsaw puzzle, you won't be able to see the whole picture until all the pieces are together" - Danny L. Deaube

Pagi ini saya akan memulai perjalanan ke Jakarta.
Sekedar menengok sembari mengira-ngira bagaimanakah kami sekeluarga akan menjalani kehidupan kami bulan depan di Ibukota.
Tepat 10 tahun lalu saya berikrar bahwa saya akan berusaha semampu untuk tidak berkarir di kota megapolitan itu.
"Aku akan sukses tanpa menginjakkan kaki di kota laknat itu" ujar saya seolah menantang langit.
Namun Tuhan  berkata lain.
Settingan-Nya memang serba Maha.
Segala ketakutan saya mengenai kota itu memang tidak menghilang, tapi seakan Ia melengkapinya dengan keyakinan.
Ditatah-Nya hati saya dengan kelembutan.
Ditempa-Nya mental saya dengan api suci.
Disusun-Nya segala logika saya dengan kepasrahan.
Hingga ketika kantor saya menyatakan saya harus pindah, saya menerimanya dengan senyum dan tenang.
Tenang seakan tahu bahwa Tuhan sudah menyiapkan segala perangkat-Nya untuk menyambut kami disana.
Saya kini tahu Tuhan memiliki seperti lego yang membentuk hidup dan takdir saya.
Disusun-Nya lego hidup saya satu per satu.
Balok per balok,
yang saya yakin bentuknya nanti akan indah.
Namun saya yang terlalu kerdil dan bodoh untuk memahami bentuknya saat ini.
Memang siapalah saya ini untuk memahami Karya-Nya
Seorang homo sapiens dengan IQ rata-rata yang bahkan memahami bagaimana bentuk Boson dan konsep Ekuinoks saja masih bingung.
Yang sering terlalu sombong hingga kadang merasa bahwa dirinya adalah pusat semesta alam.
..


Kini bentuk Lego-Nya mulai nampak.
Segala yang diatur-Nya terasa berbentuk.
Halangan dan rintangan disingkirkan-Nya.
Apa yang memang menjadi ketentuan-Nya menjadi simpel dan mudah, disaat kami pasrah dalam menjalaninya.
Karena Dia lebih tahu, daripada homo sapiens yang hina dina ini

" Tuhan mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Tuhan melainkan apa yang dikehendaki-Nya." QS 1-255


  

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...