"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda" Tan Malaka
Pagi tadi kami sekeluarga sudah bersiap untuk mencari sarapan. Istri saya sudah sejak kemarin mengusulkan untuk mencari makan pagi di sebuah kedai Soto Boyolali di seputaran Mall Grand City Surabaya yang kami temukan lokasinya beberapa bulan yang lalu.
"Adek butuh yang kuah-kuah panas,Sayang" ujar istri saya. Si bungsu, Finix, sejak kemarin agak kurang sehat dan suhu badannya diatas normal. Masuk angin kalau menurut pandangan kami berdua.
Sesampainya di kedai tsb, istri saya segera memesan beberapa porsi soto dan lauk kemudian kami duduk dengan pose sudah ready di meja menunggu santapan datang.
Sembari ngobrol, tak sengaja pandangan mata saya tertuju pada mobil Nissan yang baru saja. Seorang pria keluar dari mobil disusul oleh wanita dan anak-anak kecil yang saya asumsikan sebagai keluarga pria tsb. Tiba-tiba mata kami bertemu pandang. Meskipun ia memakai masker dan saya hanya memandang mata dan pola wajah pria itu, saya merasa mengenalinya. Saya mengangguk dan iapun membalas anggukan itu.
Saya menyapa "Betul Mas Akhyari Hananto ya?"
Ia menjawab "Iya betul, kok tau Mas?"
Kami kemudian berkenalan serta berbincang sejenak. Lalu saya mengungkapkan padanya betapa tulisannya menginspirasi saya, lantas saya dan beliau saling meminta ijin untuk berswafoto satu sama lain.
Namanya adalah Akhyari Hananto. Beliau adalah pendiri Good News From Indonesia (GNFI), sebuah kanal media yang menyajikan berita-berita positif mengenai kondisi dan perkembangan negara tercinta kita, Indonesia. Beliau mendirikan GNFI sebagai bentuk protes atas masifnya berita-berita negatif yang beredar di media massa nasional baik cetak maupun elektronik. Ia merasa berita-berita negatif tadi akan meracuni para generasi muda dan penerus bangsa yang dikhawatirkan akan berimbas pada keruhnya pola pikir dan kerdilnya cita-cita generasi muda khususnya bagi kemajuan bangsa dan negara. Seolah-olah melawan frasa terkenal "bad news is a good news", ia kemudian sering menulis berbagai berita dan perkembangan positif yang terjadi di Indonesia di blog pribadinya yang kemudian berkembang menjadi website dan kanal-kanal berita di berbagai media sosial yang lain. Kanal-kanalnya merambah mulai dari twitter hingga Instagram yang telah diikuti oleh lebih dari 650ribu orang.
Namun bukan itu yang ingin saya ungkapkan di tulisan ini, bukan mengenai sosok beliau. Tapi mengenai momen bertemu dengan beliau.
Bertemu langsung dengan beliau pagi ini membuat saya menemukan "api" yang selama ini saya pikir sudah padam.
Api yang dulu membuat saya bersemangat untuk bangun pagi membaca materi kuliah
Api yang dulu membuat saya "mampu" bercita-cita tinggi sekaligus meyakininya
Api yang dulu membuat saya rela mengulang-ulang lagu "Braveheart" dari Koji Wada agar tetap teguh dan kuat saat menghadapi masa-masa sulit.
Bertemu dengan beliau membuat saya menemukan kembali idealisme saya dalam menjalani apa yang saya cita-citakan.
Bertemu dengan beliau seakan menandakan bahwa saya harus menjalani hidup derap kencang seperti Lokomotof dengan "api" yang saya temukan kembali yang membakar tungku ketel saya.
Bertemu dengan beliau seakan saya melihat Tuhan tersenyum mengangguk seraya berkata "Let's Go!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar