Minggu, 12 Desember 2021

Gratitude Journal Of Bapak Dua Anak #8 : Anak Milik Tuhan

 Meja Makan di Ampel, 11 Desember 2021.


Saya bersyukur mengikuti berita yang sedang heboh di media massa dan lini masa mengenai 21 santriwati yang "diperkosa" oleh guru ngajinya. Sebagai bapak dengan dua anak dengan anak perempuan kami yang sulung baru berumur 5 tahun, tentunya berita ini membuat hati saya teriris sekali karena berita ini layaknya berita saham, muncul setiap hari dan beritanya diminati. Banyak yang mengajukan berbagai pertaanyaan lucu seperti "kenapa berita-berita perkosaan seperti ini baru muncul sekarang?kenapa harus guru ngaji?apakah ini dalam rangka skema besar penghancuran institusi agama?" dan banyak lagi.

Kalis Mardiasih, seorang aktivis perempuan menyebutkan dalam akun sosial medianya bahwa sebetulnya kekerasan seksual sudah ada sejak dulu dan jumlahnya sudah banyak namun dahulu kekerasan seksual dinormalisasi oleh media. Masyarakatpun dahulu masih menganggap kekerasan seksual adalah sebuah aib yang harus ditutup-tutupi dan korban belum bisa mengemukakan apa yang terjadi padanya. Belum lagi pendidikan seksual masih sangat tabu dan wanita masih dihambat gerakannya untuk melawan kekerasan yang terjadi padanya. Masalah guru ngaji? bukankah seorang pemuka agama tidak hanya Islam saja namun juga Kristen, Katolik, Budha dan lain lain sudah sering diberitakan adalah pelaku utama dibanyak kasus kekerasan dan pelecehan seksual. Bukan tanpa alasan bahwa serial kartun "South Park" sering menjadikan pastor sebagai bahan guyonan utamanya dibanyak episode. 

Lagi, saya bukan seorang ahli dibidang gender atau ilmu sosial namun saya hanyalah orang tua yang ingin menjaga anaknya sebaik mungkin agar terhindar dari bahaya kekerasan seksual. Saya dan istri bersyukur karena tumbuh besar dikeluarga dimana ayah saya selalu lembut dan tidak pernah main tangan pada ibu saya dan anak-anaknya. Kamipun bersyukur dapat tumbuh normal hingga dewasa tanpa mengalami pelecehan atau hal lain dalam hidup kami. Kedua hal ini adalah modal awal kami untuk mendidik dan usaha kami dalam menjauhkan Fleur dan Finix dari hal-hal yang tidak kami inginkan. Namun itu belum cukup.

Diskusi dengan kawan-kawan saya membuat saya tersadar bahwa membesarkan anak dizaman sekarang jauh lebih sulit daripada dahulu saat ayah saya membesarkan saya. Apa yang kami diskusikan membuat saya dan istri merasa harus belajar lebih. Kami harus mulai membaca buku terkait pola mendidik anak, bermusyawarah berdua mengenai bagaimana kami mendidik mereka, berdiskusi lebih dengan rekan-rekan kami seumuran, memilah - memilih-menemani apa yang Fleur dan Finix lihat di televisi dan youtube, mulai berdiskusi dengan mereka sesuai umur tumbuh kembangnya, dan yang paling sulit mendampingi dan mengawasi orang-orang disekitar kami.

Apakah hal itu itu cukup untuk menghilangkan semua potensi bahaya yang ada? Sekali lagi itu tidak cukup. Kadang saya sendiri takut sekali jika terjadi sesuatu hal pada kedua buah hati kami (Naudzubillahi min dzalik!). Takut apakah kami berdua sudah membesarkan mereka dengan semaksimalnya sehingga mereka nantinya dapat tumbuh besar menjadi seorang yang bertanggung jawab dan baik dimata Tuhan dan masyarakat. Namun apa daya, sayapun manusia biasa.



Hingga suatu malam saat saya menatap Fleur dan Finix yang sedang pulas tidur, saya mendapatkan ketenangan. Saya sadar bahwa mereka berdua adalah anak milik Tuhan yang dititipkan pada saya dan Istri. Tugas yang Tuhan berikan pada saya adalah menjaga, mendidik dan mencintai mereka semampu dan semaksimal yang kami bisa. Sisanya kami serahkan pada Tuhan Sang Penguasa Semesta Alam. Semakin kami merasa bahwa Fleur dan Finix adalah milik kami pribadi, semakin tidak maksimal kami dalam mendidik mereka, semakin tumbuh kekhawatiran dan ketakutan dalam diri kami. Tuhan akan memberikan yang terbaik selama kami berusaha dan berdoa sebaik mungkin. 

Saya yakin itu.

Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul ‘aliim

Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...