Identitas Buku
Judul Buku : Sumbadra Larung
Penulis Buku : Sunardi DM
Penerbit Buku : Balai Pustaka
Cetakan : Tahun 1987
Tebal : 137 Halaman
Dalam pandangan saya, menceritakan ulang suatu lakon pewayangan dalam bahasa Indonesia adalah suatu hal yang tidak mudah. Pengalihbahasaan dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia dimana banyak frasa dan idiom Jawa yang tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia, penjelasan mengenai latar belakang dimana lakon tsb terjadi, 2 hal tsb adalah beberapa hal yang menurut saya membuat penceritaan ulang suatu lakon tidak mudah. Namun Sunardi DM berhasil menceritakan ulang lakon Sumbadra Larung dalam bahasa Indonesia secara sukses.
Menceritakan mengenai Raden Arya Burisrawa yang sedang menggelandang membuang diri pasca dirinya gagal menikahi Dewi Wara Sumbadra yang terlanjur dipinang Raden Arjuna, ia nekat luntang luntung berjalan tanpa arah tujuan hingga tak sadar mencapai Hutan Sentra Gandamayit, istana dan kahyangan Batari Durga sang penguasa alam gaib. Sadar telah mencapai tempat yang "wingit" dimana tak ada makhluk hidup yang berani tinggal disitu, Raden Arya Burisrawa nekat bertapa dengan tujuan agar dirinya mati dibunuh jutaan makhluk astral yang tinggal di hutan tsb. Namun apa daya, darah birunya menunjukkan bahwa trah satria linuwih membuat dedemit dan setan tak berani menyentuhnya hingga ia didatangi sang penguasa hutan tsb, Sanghyang Batari Durga.
Mengetahui alasan dari Sang Raden, Batari Durga terkesan dan terharu sehingga memberikan aji-aji yang bisa membuat Raden Arya Burisrawa mencapai tujuannya yaitu menculik dan membawa lari Dewi Wara Sumbadra.
Raden Burisrawa mengandalkan aji-aji tadi kemudian pergi ke Kasatriyan Madukara, tempat berkuasanya Raden Arjuna sekaligus tempat tinggal Dewi Wara Sumbadra. Saat itu Raden Arjuna sedang berburu satwa hutan sehingga Raden Burisrawa menganggap hal itu mempermudah usahanya. Namun apa dikata ternyata usahanya menculik justru berbalik menyebabkan Dewi Sumbadra terbunuh olehnya. Mengetahui pujaan hatinya terbunuh, Raden Arya Burisrawa melarikan diri. Kematian Dewi Wara Sumbadra mengakibatkan kekacauan besar tak hanya di Kasatriyan Madukara tapi juga di Istana Kerajaan Indraprasta. Sang Raja, Prabu Punntadewa dan adik-adiknya para Pandawa mengalami kesedihan mendalam. Terlebih Raden Arjuna yang bahkan hingga terganggu secara kejiwaan karena kehilangan istrinya.
Ditempat lain Raden Antasena di kahyangan Saptapratala sedang berusaha mencari siapa ayahnya yang tak lain tak bukan adalah Pandawa nomor dua, Raden Werkudara. Dalam usahanya nanti mencari sang Ayahanda, Raden Antareja akan menjadi kunci dalam menyelesaikan kematian Bibinya yang tak lain adalah Dewi Wara Sumbadra dan menangkap pelaku asli pembunuhan ini.
Buku ini sudah lama menjadi favorit saya, ini pula yang menjadikan alasan saya berburu buku ini sejak sekian lama. Membaca buku ini pula membuat saya bernafsu untuk mengoleksi secara lengkap karya pewayangan Sunardi DM, total dari tujuh karya beliau saya baru memiliki dua buah. Kenapa saya begitu ingin mengoleksi karya beliau? Karena saya begitu mengagumi keluwesan beliau dalam mentransformasikan pola urut-urutan tata cerita lakon pewayangan yang biasanya dimulai dari Jejer hingga Tancep Kayon menjadi suatu cerita utuh yang enak dibaca dalam bentuk buku berbahasa Indonesia. Kemampuan beliau mengolah banyak idiom-ungkapan dalam bahasa Jawa untuk dimasukkan dalam ceritapun saya anggap juga luar biasa.
Jujur karena ini pula saya sungguh berniat untuk mengunjungi penulis ini, yang saat ini entah masih "sugeng" atau sudah tiada
Kelebihan :
Dikarenakan saya adalah pengagum wayang kulit, saya sangat menikmati sekali membaca buku ini. Selain bahasanya sangat mudah dicerna, buku ini juga memuat banyak frasa, idiom serta peribahasa jawa yang biasanya tidak dicantumkan dalam buku lain, namun hebatnya juga dijelaskan mengenai frasa-idiom-peribahasa tadi sehingga para pembaca yang tidak berbahasa jawa bisa memahami namun penjelasannya begitu luwes dan menyatu dengan paragraf-paragraf lain sehingga tidak terkesan janggal dan canggung.
Dikarenakan saya adalah pengagum wayang kulit, saya sangat menikmati sekali membaca buku ini. Selain bahasanya sangat mudah dicerna, buku ini juga memuat banyak frasa, idiom serta peribahasa jawa yang biasanya tidak dicantumkan dalam buku lain, namun hebatnya juga dijelaskan mengenai frasa-idiom-peribahasa tadi sehingga para pembaca yang tidak berbahasa jawa bisa memahami namun penjelasannya begitu luwes dan menyatu dengan paragraf-paragraf lain sehingga tidak terkesan janggal dan canggung.
Kekurangan :
Saya hampir tidak ingin menambahkan sesuatu dibuku ini, namun kalaupun ada mungkin ilustrasi yang ditampilkan dibuku ini bukan hanya tokoh wayangnya namun tokoh wayang berserta ilustrasi adegan mengenain apa yang diceritakan dengan gaya ilustrasi wayang juga.
Kutipan favorit :
Raden Wrekodara tertegun. Ia duduk terlongong-longong. Ia melambaikan tangannya memanggil Antareja. Antareja segera datang. Ia melakukan sembah sungkem.
Wrekodara memeluk leher putranya sambil menimang "Nyata benar engkau Anakku pribadi. Gagah perkasa melebihi ayahmu."