Minggu, 02 Mei 2021

Sebuah Resensi Picisan : Pelajaran Dari Tiongkok

Identitas Buku 

Judul Buku : Pelajaran Dari Tiongkok : Catatan Dahlan Iskan

Penulis Buku : Dahlan Iskan

Penerbit Buku : JP Books

Cetakan : Tahun 2008

Tebal : 268 Halaman

Ringkasan 
Dahlan Iskan mungkin satu diantara tokoh Indonesia yang nampak sekali menunjukkan kekaguman pada Republik Rakyat China, khususnya pada lompatan-lompatan yang berhasil dilakukannya tak hanya sebagai negara namun juga sebagai bangsa. Tak aneh sebetulnya mengapa beliau begitu seperti itu, saya menangkap beliau begitu ingin kita, sebagai bangsa Indonesia meniru apa yang dilakukan Cina sebagai negara dan bangsa.  Sama-sama berpopulasi besar, sama-sama bangsa yang tua namun negara yang masih berumur muda, sama-sama mengalami kepahitan diawal-awal kemerdekaan ds. Dari kesamaan-kesamaan tsb,mungkin beliau melihat banyak kesamaan antara kita dan bangsa Cina sehingga apa yang dilakukan mereka untuk berkemajuan, bisa kita tiru secara persis sehingga kita pun bisa tampil di pentas dunia secara gagah. 
Sejak tahun 2004 beliau begitu sering menulis secara lepas di koran JawaPos milik beliau yang kemudian dikumpulkan menjadi satu kesatuan berupa buku ini. Sejatinya buku ini berisi kesan beliau, komentar beliau serta pendapat beliau (beliau mengesankan sebagai seorang yang tua, capai melihat kondisi saat ini di Indonesia, jengah melihat pengampu kepentingan yang tidak peduli pada bangsa ini, dan berharap menulis ini bagi dan untuk anakmuda agar bisa menginspirasi mereka) mengenai kemajuan baik dibidang infrastruktur, ekonomi, bisnis bahkan sosial kemasyarakatan di Cina. Kala itu beliau sering sekali melawat ke negeri Tirai Bambu disamping urusan beliau sebagai pemimpin sebuah kerajaan media, juga dikarenakan beliau ditunjuk sebagai pimpinan sebuah BUMD milik provinsi Jawa Timur yang sedang melakukan ekpansi bisnis sehingga memerlukan kunjungan kesana. 
Mengguritanya sistem jalan tol, perkembangan pesat sistem kereta api, meledaknya pertumbuhan ekonomi, menggeliat pusat-pusat industri di desa-desa, keterbukaan terhadap investasi, tingginya semangat untuk maju di kalangan muda adalah beberapa topik utama yang dikemukakan di buku ini yang seyogyanya bisa kita tiru sebagai bangsa Indonesia.

Kelebihan : 

Tulisan yang lugas dan disampaikan secara non-formal membuat pembaca tidak terkesan digurui, namun malah pembaca merasa seakan didongengkan mengenai sebuah negeri yang tengah-tengah berahi untuk menggapai kemakmuran. Deskripsi yang tidak njlimet dan khas wartawan (yang juga businessman) membuat lembar per lembar tak bosan dibaca, apalagi bagi bila pembaca adalah anak muda yang menginginkan sebuah perubahan masif di negeri ini.

Kekurangan : 
Akan lebih manis dan menarik jika ditampilkan juga lebih banyak dokumentasi-dokumentasi untuk setiap tulisan sehingga membantu pembaca untuk lebih memiliki bayangan tentang apa yang diceriterakan

Kutipan favorit :
 "Padahal disaat kita akan kalah dari Tiongkok di sektor industri,kita aknlan bisa mengandalkan turisme. Salah satu masa depan kita adalah turisme. Tapi, siapa yang peduli?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...