Jumat, 26 Maret 2021

Sebuah Resensi Picisan : Korupsi

Identitas Buku 

Judul Buku : Korupsi

Penulis Buku : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit Buku : Hasta Mitra

Cetakan : Tahun 2002

Tebal : 154 Halaman

Ringkasan 

"Jangan pernah berharap keadilan di dunia ini" kira-kira begitu salah satu kutipan sendu dari Buya Yahya tentang timpangnya kehidupan ini. Keadilan adalah hal mahal di dunia nyata, kontras dengan apa yang disampaikan di novel "Korupsi" karya Penulis Besar Indonesia, Pram. Biasanya Pram sering menampilkan realitas tentang betapa timpang dan tidakadilnya kehidupan, seperti di seri keempat Tetralogi Buru "Rumah Kaca". Namun buku ini menampilkan sebaliknya, diakhir cerita si tokoh utama mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dia lakukan.
Berlatar belakang Indonesia era demokrasi parlemen dimana korupsi,suap dan politik dagang sapi merajalela, buku ini menceritakan tokoh utama yang merupakan seorang kepala sebuah kantor dinas jawatan di Jakarta. Seorang kepala keluarga yang "family man", jujur, tegas, disiplin dan anti suap namun dikarenakan prinsip anti suapnya, hidupnya sangat pas-pasan dibandingkan rekan-rekan sejawatnya yang sudah terbiasa dengan lingkungan yang korup. Kebutuhan akan pendidikan, tekanan ekonomi serta "pekarangan tetangga yang lebih hijau" mengikis perlahan-lahan idealisme tokoh utama. Gabungan dari jabatan tinggi, peluang, keinginan dan bobroknya sistem membuatnya mencicip sedikit demi sedikit dosa korupsi. Dosa korupsi itupun perlahan mulai merubah sifat dan kehidupan tokoh utama. Dari semula pria setengah baya yang setia pada istri, ayah yang dekat dengan anak-anaknya, atasan yang menjadi tauladan, serta pribadi yang ramah menjadi pria setengah baya yang hobi memelihara gundik, menelantarkan anak-istrinya, mempermalukan posisinya, serta membuang jauh kesusilaan.
Akhir cerita, si tokoh utama mendekam dalam penjara dengan penyesalan terlebih saat dihakimi dihadapan anak-istri yang telah ditinggalkannya serta anak buah yang dulu begitu mengaguminya.

Kelebihan : 

Pram adalah master dalam mendeskripsikan latar belakang dan waktu dalam novelnya. Setiap kata, kalimat, frasa dalam buku ini berhasil membuat saya bisa mengimajinasikan tempat dimana tokoh-tokoh berdialog, tempat kejadian, suasana serta ambience-nya yang bercorak Indonesia tahun 1950an

Kekurangan : 

Plotnya terkesan sangat sederhana, datar, dan tidak njlimet seperti karya Pram yang laim

Kutipan favorit : 
"Keperwiraan!Keperwiraan!Keperwiraan menghadapi segala-galanya. Cukup keperwiraan yang bisa menolong Indonesia,pak"

4 komentar:

  1. Klo menurut saya, dari baca referensinya aja sih masih kurang mas, mungkin bisa dijelaskan titik baliknya kenapa koq idealismenya perlahan2 terkikis ada momentum apa, dan klo dari bacaan ini sih akibatnya masih untuk individu sih, padahal Korupsi menurut saya dampaknya lebih ke Masyarakat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat Siang, mungkin saya kurang meresensi secara kurang gamblang dan baik sehingga tidak menggambarkan secara detail apa yang terjadi dalam benak tokoh utama..Kalau secara singkat kembali lagi ke masalah ekonomi dan cara pandang tokoh utama yang membandingkan kehidupan finansialnya dengan koleganya (yang tidak memegang idealisme yang sama dengan tokoh utama). Terima kasih sudah membaca resensi saya

      Hapus
  2. Resensi yang menarik. Apakah dari buku ini kita bisa memahami alasan lain apa yang menyebabkan manusia korupsi? Dan apakah sebuah konklusi tersebut artinya sama saja tidak apa-apa korupsi asal yang antagonis kena karma?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat Siang, maaf kalau resensi saya kurang gamblang, namun menurut saya buku ini memang menampilkan perspektif sempit dari tokoh utama yang tentunya konsekuensinya akan bersifat subyektif tokoh utama juga. Sependek pemahaman saya, konklusi buku ini seakan-akan melegitimasi konsep bahwa tidak semua orang yang korupsi akan menerima hukuman setimpal di dunia.

      Hapus

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...