Selasa, 12 Januari 2021

Sebuah Resensi Picisan : Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

Identitas Buku 

Judul Buku : Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (Edisi Revisi)

Penulis Buku : Cindy Adams

Penerbit Buku : Yayasan Bung Karno - Media Pressindo

Cetakan : Tahun 2018

Tebal : 432 Halaman



Ringkasan 

"Bung Karno adalah Indonesia", mungkin itu adalah salah satu jargon yang bisa menggambarkan beliau semasa hidup. Begitu identiknya beliau dengan negeri ini sampai apapun yang beliau putuskan semasa beliau menjabat tetap dikaji dan dibahas oleh manusia Indonesia saat ini.
Buku otobiografi ini dibuat di era dimana Bung Karno betul-betul menjadi pemain uatama dalam perpolitikan Indonesia. Kala itu Bung Sjahrir, Bung Hatta, Dr. Radjiman, Mr. Sartono berada dalam senjakala karir politik mereka, sehingga sangat khas bahwa otobiografi ini menampilkan sosok Bung Karno yang tengah memegang "power" di Indonesia.
Buku ini disajikan berurutan mengisahkan sejak beliau lahir, dewasa, masa pengasingan, pernikahan, hingga saat beliau menjabat Pemimpin Besar Revolusi dan Presiden Seumur Hidup, pembaca akan dibawa di Indonesia ke medio tahun 1900 hingga awal 60an. Bagi yang pembaca yang awam sejarah, saya sangat merekomendasikan membaca buku ini ditemani gawai agar bisa segera "googling" untuk mengecek, misalnya, kondisi Bengkulu tahun 1946 agar semakin mudah menginterpretasi dan masuk dalam apa yang dikisahkan Bung Karno.
Sesungguhnya bagi saya tidak mudah menceritakan isi buku ini, karena pada dasarnya saya juga masih belajar mendeskripsikan bagusnya kualitas suatu buku, sama sepeeti menceritakan kelezatan suatu masakan. 
Tapi salah satu poin penting yang saya pelajari setelah membaca dan membaca ulang buku ini, jangan terperangkap pada karisma seseorang. Seseorang bisa saja menjadi pemuja fanatik Bung Karno setelah membaca buku ini, kemudian bisa berbalik menjadi pencaci-nya yang hebat setelah membaca buku yang menggambarkan sisi buruk beliau. Bung Karno adalah manusia, tidak luput dari dosa, kekurangan, nafsu dan keinginan terhadap kekuasaan, terlepas dari cinta dan jasa beliau yang tak berperi bagi negeri kita, Indonesia.

Kelebihan : 

Bagi pembaca awam yang ingin memahami pemikiran Bung Karno tentunya  akan sangat menyukai karya ini, saya teringat betapa merindingnya saya saat beliau mengisahkan pertemuannya dengan seorang petani bernama Marhaen yang menginspirasi beliau untuk menggali ideologi Marhaenisme. Kata-kata beliau yang menggebu-gebu disampaikan ke Cindy Adams dan dituliskan hingga sampai ke kita semua. Antara romantis, pedas, lugas seakan-akan beliau sendiri yang menuturkan ke kita, menyampaikan itu. Membuat kita akan jatuh hati kepada Sang Proklamator itu, kepada pemikiran beliau, kepada cinta beliau pada Indonesia.
Terkadangpun kita akan merasa tidak memerlukan sisi lain dari cerita beliau, cukup dari apa yang beliau sampaikan, itulah kebenaran yang kita yakini.

Kekurangan : 

Saya pribadi lebih menyukai cetakan yang lama (sebelum edisi revisi). Penggunaan kata-kata pada edisi revisi ini lebih diperhalus sehingga terkesan lebih hambar. Bagi beberapa orang yang sudah pernah membaca karya Bung Karno, akan lebih menyukai gaya-gaya tulisan beliau yang lebih lugas dan "galak". Pada bab saat Bung Karno menjelaskan sikap beliau saat diberitakan oleh pers Barat saat kunjungan di Hawai misalnya, pada Edisi Revisi ini dirubah kata-katanya, sedangkan pada versi asli (Edisi Lama) sangat terasa kata-kata pedas, ketidaksukaan serta kritik yang dilontarkan Bung Karno pada pers Barat.

Kutipan favorit : 
"Apabila aku telah mencapai sesuatu selama diatas dunia, ini adalah karena rakyatku. Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-apa. Kalau aku mati, kuburkanlah Bapakmu menurut agama Islam dan diatas batu kecil yang biasa engkau tulislah kata-kata sederhana : Di sini beristirahat Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" - Bung Karno

Minggu, 10 Januari 2021

Sebuah Resensi Picisan : Ayat-Ayat Cinta

Identitas Buku 

Judul Buku : Ayat-Ayat Cinta

Penulis Buku : Habiburrahman El Shirazy

Penerbit Buku : Republika

Cetakan : Tahun 2008

Tebal : 410 Halaman



Ringkasan 

Fahri bin Muhammad Siddiq adalah mahasiswa Pasca Sarjana di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia adalah seseorang yang khusuk, visi dan cita-cita yang jelas, didulung dengan kerja keras yang ia lakukan sejak pertama kali ia menginjak tanah Mesir. Suatu ketika ia menolong seseorang gadis Mesir bernama Noura dengan bantuan tetangganya bernama Maria. Maria adalah seorang gadis Kristen Koptik yang diam-diam menyukai Fahri. Sebagai Muslim yang taat, Fahri sangat menjaga bagaimana ia berinteraksi dengan lawan jenis, namun justru itulah yang membuat Maria menyukai Fahri.
Dilain pihak, Fahri yang pernah membantu dan membela seorang Amerika bernama Alicia, membuat seorang gadis Turki bernama Aisha jatuh hati. Aisha kemudian meminta paman Aisha yang juga kenalan Fahri untuk melamar Fahri.
Masalah kemudian muncul saat Noura melaporkan Fahri ke polisi dan menuduh Fahri menghamilinya. Fahri kemudian berjuang bersama Aisha untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Dibantu Maria, keluarga Maria serta berbagai koneksi Fahri, akhirnya Fahri berhasil membuktikan dipengadilan bahwa ia tidak bersalah. Namun diakhir cerita, setelah Maria menikahi Fahri dan menjadi istri kedua Fahri setelah Aisha, Maria meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya.

Kelebihan : 

Novel yang mudah dipahami dengan laur yang mudah dicerna pula. Meskipun memiliki latar belakang agama, namun dijabarkan secara gamblang dan tak membosankan. Penulis juga dibekali ilmu agama yang mumpuni sehingga mampu menjelaskan banyak masalah yang menjadi mungkin menjadi pertanyaan pembaca diluar Islam dengan sangat jelas dan masuk akal. Kelebihan lainnya adalah latar belakang kota Kairo yang dijelaskan dengan sangat detail sehingga menambah "kelezatan" saat menikmati buku ini

Kekurangan : 

Meskipun sangat subjektif, saya merasa buku ini akan lebih apik kalau disajikan dalam font yang lebih besar.

Kutipan favorit : 
"Bantulah aku berwudhu. Aku masih mencium bau surga. Wanginya merasuk kedalam sukma. Aku ingin masuk kedalamnya. Disana aku berjanji akan mempersiapkan segalanya dan menunggumu untuk bercinta. Memadu kasih dalam cahaya kesucian dan kerelaan Tuhan selama-lamanya. Suamiku, bantu aku berwudhu sekarang juga." - Maria Girgis

Sebuah Resensi Picisan : Malcom X Untuk Pemula

Identitas Buku 

Judul Buku : Malcolm X Untuk Pemula

Penulis Buku : Bernard Aquina Doctor

Penerbit Buku : Resist

Cetakan : Tahun 2006

Tebal : 185 Halaman



Ringkasan 

Malcolm X, terlahir sebagai Malcolm Little adalah satu dari dua tokoh besar kesetaraan warga kulit hitam Amerika. Dia dan Martin Luther King dianggap sebagai motor utama penggerak hak warga kulit hitam didekade 1950-1960 terlebih setelah undang-undang Jim Crow dan paket kebijakan rasialis lain diberlakukan di Amerika Serikat.
Putra seorang pendeta ini lahir dengan kecerdasan diatas anak-anak pada umumnya dan belajar tentang kerasnya dunia dan pedihnya rasisme Amerika Serikat sedari kecil. Ayahnya diduga dibunuh geng rasis kulit putih dengan ditabrakkan ke kereta api saat Malcolm berusia 6 tahun. Hidupnya kemudian berpindah-pindah dari satu geng ke geng lain, dari satu ghetto ke ghetto lain, sambil mempelajari segala yang ia ketahui mengenai dunia hitam.
Saat berusia 21 tahun, ia dipenjara 10 tahun di Penjara Kelas Menengah Kota Charlestown dimana ia berkenalan dengan organisasi Nation of Islam (NOI). Mulailah Malcolm menemukan tujuan baru dalam hidupnya dan memperbaiki dirinya. Tak lama ,kecerdasannya menarik perhatian pemimpin NOI, Elijah Muhammad dan membuatnya moncer dan menjadi inspirator bagi banyak kaum kulit hitam Amerika Serikat.
Skandal-skandal didalam NOI membuat Malcolm memutuskan keluar dari NOI dan membuat organisasinya sendiri Muslim Inc. yang mendapat bantuan dari banyak negara Arab. Kunjungan dan Ritual ibadah hajinya membuat Malcolm memutuskan pindah menjadi muslim suni dan membuat pandangannya menjadi lebih jelas mengenai masalah ras dan kesetaraan di Amerika.
Disaat-saat terakhir hidupnya, Malcolm X menjadi buruan CIA, NOI dan banyak organisasi rasis kulit putih. 21 Februari 1965, Malcolm dijadwalkan menyampaikan pidato disebuah pertemuan. Dihadapan Istri dan anak-anaknya yang ikut hadir, Malcolm X ditembak mati oleh terduga simpatisan NOI

Kelebihan : 

Buku yang cukup "dilahap" dalam satu dudukan. Didukung ilustrasi-ilustrasi bergaya Pop sehingga sangat menarik untuk dibaca. Banyak informasi tambahan yang berkaitan mengenai latar belakang pemikiran atau kehidupan tokoh utama sehingga menambah khasanah kita mengenai sudut pandang pemikiran tokoh utama.

Kekurangan : 

Dikarenakan isi buku ini berwarna hitam pitih sehingga terkesan sangat sederhana. Kemudian bagi saya pribadi, fase hidup tokoh utama saat konfrontasi dengan Martin Luther King juga sangat terbatas dalam pembahasan.

Kutipan favorit : 
"Dipersenjatai dengan pengetahuan masa lalu kita, kita dapat merancang masa depan kita. Hanya dengan mengetahui dimana kita sebelumnya, kita dapat mengetahui dimana kita sekarang, dan mengetahui dimana kita akan pergi" - Malcolm X

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...