Minggu, 23 Juli 2023

Refleksi Kesuksesan Hasil Kombinasi Antara Faktor Family-Privilege-Circle (Studi Komparasi Uzumaki Naruto dan Rock Lee)


Kita sering melihat banyak tulisan yang menyangkal kisah orang-orang sukses yang ada di dunia (seperti Elon Musk, Jeff Bezos, Bill Gates atau Mark Zuckerberg) yang memulai karirnya dari nol. Kisah sangkalan itu menyebutkan bahwa tokoh-tokoh terkenal mendapat bantuan baik dari keluarga, atau secara intelektual mereka ditakdirkan "lebih" ataupun juga lingkaran pertemanannya yang membuat dia menjadi nomor satu di bidangnya. Bahwa kalimat "semua orang bisa menjadi sukses" atau "semua orang bisa menjadi orang nomor satu dengan dimulai dari nol" adalah suatu hal yang menyesatkan. Suka tidak suka mungkin kita sudah banyak dilenakan oleh kata-kata para motivator akan tetapi terkadang kita melupakan detail-detail yang bisa kita pelajari dari masing-masing kasus orang sukses itu.

 

Hal itu pula sering dinarasikan oleh mangaka-mangaka kesayangan kita seperti Akira Toriyama di komik Dragon Ball atau Eiichiro Oda pada komik One Piece atau yang terakhir dan ingin saya kupas dalam pada tulisan ini, Masashi Kishimoto di komik Naruto. Pada Tulisan ini saya ingin lebih memfokuskan pada dua tokoh dalam komik Naruto yaitu Naruto Uzumaki. Dalam tulisan saya akan membandingkan Naruto dengan satu karakter yang menurut saya memiliki visi dan prinsip yang sama yaitu bekerja keras namun besar dengan lingkungan yang berbeda jika dilihat dari faktor family, privilege yang dimiliki serta circle tumbuh kembang. Karakter tsb adalah Rock Lee

 

Family

Naruto lahir dari orangtua yang bisa dikatakan seorang shinobi yang luar biasa. Ayahnya, Minato Namikaze adalah seorang wunderkind atau prodigy, shinobi jenius diusia muda sudah menjadi pahlawan Konoha pada Perang Dunia Shinobi lalu kemudian diangkat menjadi Hokage sedangkan ibunya diberkahi oleh kecerdasan yang luar biasa yang bernama Uzumaki Kushina yang berasal dari keluarga yang memiliki rekam jejak panjang serta memiliki warisan ninjutsu yang sangat langka. Kedua kombinasi ini sudah merupakan jaminan modal bahwa Naruto sangat mungkin tumbuh menjadi shinobi yang jenius pula.

Di lain latar belakang keluarga Rock Lee bisa tidak dinampakkan baik dalam cerita canon Naruto maupun sidestory yang lain namun bisa kita simpulkan ia terlahir dari keluarga biasa. Hal ini nampak pada arc Ujian Chuunin saat Rock Lee bercerita bahwa Neji Hyuuga terlahir dari keluarga elit dan bagaimana Rock Lee lebih memandang martabat keluarga Neji Hyuuga lebih tinggi tadi dapat menjadi asumsi bahwa Rock Lee bukan berasal dari klan yang terpandang.

 

 

Privilege

 

Rock Lee terlahir dari klan yang kurang elit kemudian bertumbung dengan dididik sangat ketat dan penuh rasa sayang “hanya” oleh Guru Guy selama masa Pendidikan Genin-Chunin-Jonin (saya menulis ini tanpa mengurangi rasa hormat pada Guru Guy yang merupakan karakter favorit saya). Merasa tidak memiliki bakat dalam genjutsu dan ninjutsu, Rock Lee fokus pada visi, determinasi dan disiplin ketat dalam mengeksploitasi kemampuan fisiknya untuk menjadikannya jenius dalam bidang taijutsu.

Naruto dan Rock Lee sama-sama tumbuh besar sebagai anak yatim piatu, fakta bahwa ayah Naruto, Minato Namikaze sang Jenius Hokage ke-4 meninggalkan tidak hanya harta untuk kehidupan Naruto tetapi juga mewariskan separuh kekuatan dari Kyuubi di dalam perut Naruto sebagai modal awal Naruto menjadi tumbuh besar menjadi seorang Ninja yang sukses di dalam lingkungannya.

Naruto sejak kecil sudah dididik dan sudah diberikan perlakuan khusus oleh Hokage ke-3 seperti akses pendidikan ke mentor-mentor terbaik seperti Guru Iruka, Kakashi Hatake, Jiraiya yang bisa memberikan pendidikan terbaik untuk Naruto sesuai dengan psikis Naruto sebagai Jinchuriki Kyuubi.

Meskipun Rock Lee dalam usia muda ia telah menguasai Urarenge dan Hachimon Tonkou No Jin namun dalam perkembangan jangka panjangnya, jika dibandingkan dengan Naruto terutama pada akhir Perang Dunia Shinobi 4) tentunya tidak heran kalau bisa dibilang Rock Lee masih jauh tertinggal daripada Naruto

 

 

Circle

Kombinasi terakhir yg membuat kesuksesan karir Naruto di dunia shinobi menjadi suatu keniscayaan adalah Naruto bertumbuhkembang di lingkungan dimana para orang-orang hebat berada. Sejak masa Ujian Chunin hingga senjakala Perang Dunia Shinobi Ke-4, Naruto selalu dikelilingi dan berkompetisi dengan orang terbaik. Mulai dari Haku si anak jenius yang dididik Zabuza Momochi, Gaara yang kelak menjadi Kazekage, singgungan dengan Trio Sannin Legendaris untuk memacu Naruto menguasai Rasengan, perkawanan Naruto dengan Ninja andalan Kumogakure, Killer Bee. Semua membuat Naruto matang tidak hanya dari segi bawaan genetik, pendidikan tapi juga kompetisi ketat yang membuat karir Naruto meroket hingga nantinya kelak menjadi orang nomor satu di Desa Konoha.

Disisi lain, Rock Lee tetap berada di Desa Konoha. Meskipun tetap dalam lingkungan shinobi yang cukup kompetitif seangkatannya (Neji, Tenten, Shino, Kiba, dkk), tekun menjalankan misi yang mendatangkan devisa bagi negerinya, ia mampu mencapai kelas Chunin tanpa ada perlakuan-perlakuan khusus. Namun tetap saja yang hanya akan menjadi "prajurit biasa" yang bahkan hingga akhir Perang Dunia Shinobi Ke-4 kurang nampak "kilaunya" meskipun sudah berprinsipkan "Jenius dalam Bekerja Keras".

 

Saya membuat tulisan ini tidak untuk men-demotivasi kita semua untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Namun sebagai manusia kadang kala juga harus realistis terhadap apa yang kita kejar. Sehingga saat kita mengejar cita-cita dan kemudian tidak terlaksana kita tidak patah arang dan menyalahkan Tuhan dan keadaan serta bersyukur dengan apa yang kita dapat sekarang.

Pada akhirnya semua orang, tua muda, tetap harus bercita-cita tinggi serta bekerja keras-cerdas dalam hidup sesuai pesan dalam komik Naruto. Kelak saat kita melihat kembali dan membandingkan diri kita dengan rekan sejawat yang mungkin lebih sukses, kita harus menyadari apakah kita betul-betul diberkahi Tuhan seperti Naruto dengan faktor family-privilege-circle nya atau kita ternyata cukup sebagai Rock Lee, shinobi yang tak secemerlang Naruto, yang bertumbuh kuat dilingkungan biasa disokong dirinya sendiri yang bekerja keras kemudian hidup bahagia.

 

W. Pramannitou

Pembaca One Piece yang sering overthinking.

Bisa dicek di IG @valconnizer

*Tulisan pernah diunggah di kanal IG dengan akun PNMEDIAID, 13 Juni 2022


Zoro, Nami dan Usopp: Cara Pandang Eichiro Oda dalam Bagaimana Seharusnya Manusia Berproses Untuk Menjadi Lebih Baik


“Kamu harus menerima kenyataan bahwa dirimu bukanlah yang terbaik kemudian memiliki keinginan untuk menjadi lebih baik dari semua orang yang kamu temui” Roronoa Zoro

 

One Piece saat ini sudah manga terbesar diseluruh dunia. Guinness World Record pada tahun 2015 mencatat bahwa One Piece sebagai "the most copies published for the same comic book series by a single author". One Piece juga satu-satunya manga yang selalu menempati posisi nomor satu pada penjualan manga yang dicatat oleh Oricon selama tujuh tahun berturut-turut. Pada Juli 2021, 490 juta eksemplar manga One Piece sudah terjual di 58 negara seluruh dunia. Banyak tokoh penting dan kritikus manga antara lain Hiroyuki Nakano, editor-in-chief majalah Weekly Shonen Jump dan Yoshiyuki Tomino; pencipta anime Mobile Suit Gundam yang memberikan apresiasi tinggi pada Oda-sensei dan One Piece.

Bagi saya pribadi, One Piece mungkin salah satu dari sebagian kecil manga yang patut disejajarkan dengan karya sastra besar dunia seperti seri Sherlock Holmes dan The Lord of The Rings. Proses world-building, kedalaman cerita serta tokoh, ideologi-ideologi, latar belakang kejadian di dunia nyata yang direpresentasikan membuat One Piece memiliki banyak lapisan yang sangat layak untuk dianalisa dan dipelajari lebih dalam.

25 tahun sudah sejak One Piece terbit, kru Bajak Laut Topi Jerami sebagai tokoh-tokoh protagonisnya telah berkembang dari manusia dengan kekuatan “unik” yang berprofesi bajak laut menjadi manusia berkekuatan “setengah dewa” yang berjuang demi kebenaran dan kebebasan di dunia bajak laut. Luffy, Zoro, Nami, Usopp, Sanji, Chopper, Robin, Brook, Franky, dan Jinbei bisa dikatakan sudah berevolusi menjadi manusia super yang tidak hanya mampu menghancurkan suatu bangunan namun bisa mengubah kontur bentuk muka bumi dengan kekuatan mereka.

Dari kesemua kru tsb, hanyalah Nami, Usopp dan Zoro saja yang tidak diberkahi dengan kekuatan buah Iblis atau terlahir dengan kondisi fisik yang berbeda dengan manusia normal. Luffy, Chopper, Robin dan Brook menikmati kekuatan pasca mengkonsumsi buah Iblis dengan dampak yang berbeda-beda. Franky adalah cyborg, Sanji terlahir unggul secara genetis dan kini sudah dilengkapi dengan armored suit sedangkan Jinbei adalah manusia Ikan. Di sisi lain Zoro, Nami dan Usopp betul-betul tumbuh berkembang selayaknya manusia biasa. Berlatih, belajar dan melengkapi dirinya dengan instrument yang mampu menyangga kekuatan yang ada dalam dirinya.
Sejauh pengamatan saya, Zoro, Nami dan Usopp sudah sering ditampilkan Oda-sensei berproses untuk meningkatkan kemampuan mereka masing-masing bahkan sebelum event time-skip pasca arc Marine Ford. Zoro berlatih angkat beban berulang kali dengan perkembangan yang sangat signifikan. Nami sudah dicitrakan berulang kali melengkapi koleksi bukunya serta belajar dari banyak sumber terkait Meteorologi, Geografi dan Geofisika. Usopp pun sering ditunjukkan berlatih menembak, berkreasi di bengkel atau laboratoriumnya. Panel-panel gambar ini sangat mudah ditemui baik dalam cerita maupun cover story. Mereka pun sama-sama memiliki alasan serta cita-cita yang sangat kuat yang menyebabkan mereka rela melakukan berbagai ikhtiar dan usaha tadi. Zoro ingin menjadi pendekar pedang terkuat sembari memastikan tak akan ada yang menghalangi Luffy menjadi Raja Bajak Laut. Nami bercita-cita melengkapi peta dunia dan membawa Luffy mengarungi rute terbaik untuk mencapai Raftel. Usopp bervisi bertemu lagi dengan ayahnya, Yasopp, kemudian menjadi raja penembak ulung sembari meastikan kapal Kru Bajak Laut Topi Jerami mampu bersaing dengan artileri kapal Bajak Laut lain demi mendukung kampanye Luffy menaklukan Grand Line.

Berproses waktu demi waktu sembari melatih diri adalah kunci. Jika merujuk perkataan Uzumaki Naruto “tidak ada jalan pintas.”. Sikap disiplin, persistence, determinasi serta visi yang kuat merupakan syarat wajib lain ketika manusia ingin berubah menjadi lebih baik. Evaluasi diri dari waktu ke waktu juga menjadi kebutuhan. Setelah Zoro menang melawan Kaku saat pertempuran di Enies Lobby, hal pertama yang dia lakukan saat kembali berlayar adalah berlatih kembali di ruang fitness yang ia pesan langsung pada Franky saat membangun kapal Thousand Sunny. Koleksi buku Nami yang menjadi sumber khasanahnya dalam membantu Luffy mengarungi cuaca dan kondisi perairan Grand Line yang sangat dinamis. Usopp berulang kali meningkatkan kualitas senjatanya yang ia bangun sendiri demi merubah statusnya yang biasanya seorang pecundang dalam pertarungan satu lawan satu, contohnya meningkatkan kemampuan ketapelnya dengan Dials dari Skypiea.

 Oda-sensei seolah menanamkan pesan pada kita bahwa hasil instan merupakan suatu dosa. (seperti pada Fishman Island Arc, Hody Jones yang mendapatkan hasil “cepat” menggunakan Energi Steroid justru mudah dikalahkan). Seolah-olah berusaha menyanggah hal yang lumrah pada masa sekarang bahwa jika ingin mencapai kesuksesan maka dapat dicapai dengan cara cepat. Oda-sensei ingin menunjukkan pada kita, para pembacanya bahwa untuk bertumbuh menjadi lebih baik maka berlatih dan belajar dengan tekun adalah suatu keniscayaan.

 

W. Pramannitou

Seorang pemerhati One Piece yang membenci serial Live-actionnya

Bisa dicek di IG @valconnizer

 

*Tulisan pernah diunggah di kanal IG dengan akun PNMEDIAID, 22 Juni 2022


Senin, 17 Juli 2023

Gratitude Journal Of Bapak Dua Anak #12 : Terangkatnya Hijab

ketika tabir hijab diangkat
engkau akan melihat senyum-Nya dimanapun engkau menoleh

Di makhluk yang kau tatap, pada ambiens tempat kau berpijak, pada nuansa dan kesan

Dimanapun

Pada saat yang sama, engkau akan mereguk nektar cinta perlahan 

dan berharap agar setiap detik saat kau mencecap nektar itu tak akan pernah berakhir

Selamanya

Gratitude Journal Of Bapak Dua Anak #11 : Makhluk

Orang yang gemar berkata "Aku Melihat Tuhan pada Makhluk" adalah orang yang keblinger dan sesat
Mereka tidak melihat Dzat Tuhan pada diri makhluk, namun sesungguhnya melihat Kekuasaan Tuhan begitu nyata terefleksi pada makhluk..
.
Begitulah penjelasan Buya Yahya atau KH Yahya Zainul Maarif saat menjabarkan salah satu hikmah di Kitab Al Hikam. Cukup lama saya memikirkan apa maksud beliau, baru saya sadari begitu melihat foto ini.
.
Saya melihat betapa Tuhan Maha Indah di bola mata makhluk cantik ini.
Saya melihat betapa Tuhan Maha Pencipta ketika makhluk cantik ini lahir.
Saya merasa betapa Tuhan Maha Pengampun ketika sadar betapa berat tugas saya sebagai ayah.
Saya merasa betapa Tuhan Maha Pemurah ketika melewati hari-hari bersamanya.

28 Agustus 2020
....

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...