Aku tau,Nak
Yang Umma tak tau salah apa yang kita lakukan pada mereka
"Umma,dingin"
Tenang,Nak tenang
Kupeluk engkau dengan erat
Kalau perlu kubakarkan pakaianku agar dingin tak merajammu
"Umma,dingin"
Buah cintaku, doa dan tetes air mata kupanjatkan pada Rabb agar berkenan menghangatkan tubuhmu
"Umma,dingin"
Aku tau nak, sama seperti saudara-saudaramu nun jauh disanapun tau.
Hanya mereka terkekang dalam bisu
Sekedar mendoakanmu
"Umma,dingin"
Salju ini adalah peringanmu nak,Umma mencintaimu tapi Allah akan lebih mencintaimu
"Umma,dingin"
Umma ridla nak. Kalaupun engkau bergegas pulang mungkin itulah yang terbaik.
"Umma,dingin"
Temuilah Izrail dengan ceria,Nak. Mintakan Syafaat bagi kami dari Sayyidina Muhammad lewat tawamu yang cerah.
Jemput Umma dan Abimu kelak dipintu Jannah diiringi nyanyian merdu Hurul-aini.
Pergilah Nak, Ummamu masih harus menahan dingin lebih lama.
.
.
.
.
Umma,dingin
Lalu peluk aku erat,sama saat pertama aku menatap kerling matamu.
Umma,dingin
Suara keras apa itu Umma , apakah suara truk yang membawa selimut dari saudaraku nun jauh telah datang?
Umma,dingin
Hangat hatimu Umma tetap tak mampu menahan salju yang merajam lembut kulit kecilku
Umma,dingin
Apa salahku Umma sampai robot dan kamarku tak ada lagi, menjadi tak lebih dari onggokan bata dan tirai
Umma,dingin
Peluk aku Umma,peluk
Umma,dingin
Ada yang menjemputku Umma
Izrail umma,tampan sekali ia. Berselut putih dan ramah.
Umma,dingin
Maafkan aku Umma,kata Izrail kawan-kawanku menungguku bermain bersama dalam rengkuhan Sayyidina Ibrahim
Umma,sekarang sudah tak dingin lagi
Terima kasih Umma