Selasa, 12 November 2024

Gratitude Journal of Bapak Dua Anak #15 : Rumah

Lahir di Solo
Tumbuh dan menjalani masa kanak-kanak hingga SD di Pacitan
Beradaptasi sebagai ABG di Solo kembali
Menimba ilmu san mengecap dunia kampus di Jogja
Belajar mandiri dan bekerja sebagai karyawan di Tabalong
Menghadapi jaman covid dan mulai menikmati beragama di Surabaya
Dan sekarang menghirup kerasnya udara Ibukota
..
6 kota saya tinggali selama 35 tahun saya hidup
Beragam budaya, tatakrama, pola perilaku saya pelajari dan adaptasi.
Hingga sekarang terkadang saya masih bingung ketika ada yang bertanya "jadi, Rumahnya mana?"
Rumah domisili kah?
Rumah KTP kah?
Atau Rumah orang tua?
Atau yang saya anggap Rumah?
..
Pacitan adalah rumah masa kecil saya, tempat saya mudik, dimana Papa dan Ibu saya tinggal saat ini.
Solo adalah rumah mertua saya, tempat dimana alm Mama saya bersemayam, dan properti saya bertempat.
Surabaya juga saya anggap rumah, karena entah kenapa, sebagian hati saya tertinggal di Kampung Ampel.
Sedangkan Jakarta mungkin adalah kota tempat kami menetapkan diri untuk bermukim, karena kota ini tempat saya mencari rizki bagi keluarga saya.
Namun jujur saya masih belum bisa menetapkan dimana "Rumah saya".
Sebagai seorang Muslim, "Rumah Sejati" kita adalah akhirat namun pertanyaan saya lebih ke "Di dunia ini, dimanakah yang saya anggap sebagai Rumah, tempat saya pulang, tempat hati saya bersandar melepas lelah" dsb.
..
Hingga beberapa malam yang lalu.
Jujur saya adalah orang yang tak betah jika tidur dipeluk istri saya, namun beberapa malam ini saya merasa lelap sekali saat didekap olehnya saat tidur. Secara harfiah saya memang tidur dalam dekapan istri saya.
Saking lelapnya hingga tak sempat ada mimpi yang singgah, nyenyak seperti bayi, seakan tidak tidur beberapa hari.
Kemudian malam itu, saya terbangun sekejab dari dekapan istri saya, saya ingat kala itu saya kemudian langsung mengecek hp saya untuk melihat jam.
"Oh, setengah dua malam, masih ada 1 jam lagi sebelum bangun untuk sembahyang tahajud" batin saya.
Reflek saya kembali kedekapan dada istri saya, sambil berucap "Alhamdulillah".
Seketika itu kepala saya seakan terang benderang.
Jawaban dari pertanyaan saya terjawab sudah. "Dimanakah Rumah saya"
..
Rumah saya adalah dimana Istri dan Anak-anak saya tinggal.
Dimana canda tawa mereka berkumpul disana.
Dimana senda gurau mereka ada.
Dimana senyum Istri saya merekah saat saya pulang kerja.
Dimana tangisan rewek Anak saya bertalu-talu memecah hari.
Dimana saya tahu saya diharapkan kepulangan saya.
Dan sejak saat itu saya tahu dimanapun saya berada, asalkan bersama mereka, itulah Rumah saya di Dunia

Molta

O kawan dengarlah dengar Tentang tanah bernama Molta .. Orang kini menyebutnya Lemuria. Lainnya menyebut Atlantis Sebagian sana memanggilnya...